CARAPANDANG - Pemimpin Hizbullah Naim Qassem pada Jumat (18/7) mengatakan bahwa kelompok tersebut sepenuhnya siap untuk menghadapi Israel secara militer jika diperlukan, seraya memperingatkan bahwa Lebanon menghadapi "ancaman eksistensial" akibat "agresi Israel" yang masih berlangsung dan tekanan regional yang didukung oleh Amerika Serikat (AS).
Qassem melontarkan pernyataan tersebut dalam sebuah upacara peringatan mendiang komandan Hizbullah, Ali Abdul Moneim Karaki (Abu al-Fadl), yang tewas akibat serangan Israel pada 2024.
"Kami siap untuk konfrontasi defensif. Jika Israel melanggar batas dan agresi mencapai titik di mana pertahanan diperlukan, kami siap untuk menang atau gugur sebagai syuhada," ungkap Qassem, seperti dikutip oleh stasiun televisi lokal al-Manar.
"Tidak ada pilihan untuk tunduk atau menyerahkan senjata kami kepada Israel dalam kondisi ancaman apa pun," lanjutnya.
Sikap Hizbullah tersebut disampaikan di tengah apa yang digambarkan oleh Qassem sebagai upaya yang makin intensif untuk mengubah realitas geopolitik Lebanon.
"Semua tekanan saat ini, baik militer, diplomatik, dan ekonomi, ditujukan pada satu tujuan, yakni melucuti senjata Hizbullah demi kepentingan Israel," ujarnya.
Qassem menuding AS mendukung pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel dan berupaya memaksakan perjanjian baru yang akan menganulir pelanggaran-pelanggaran Israel di masa lalu serta kembali menuntut pelucutan senjata Hizbullah.