“Kami mendorong agar petani kakao lebih bersemangat lagi. Dengan jaminan pasar yang terbuka luas dan adanya penampung, kami optimis kakao Pohuwato akan semakin berkembang,”terang Saipul Mbuinga.
Sementara itu, juru bahasa Indonesia–Jepang, Dedi Iramanto, yang mendampingi tim investor, menjelaskan bahwa pihak Jepang sangat tertarik dengan kualitas biji kakao dari Gorontalo, khususnya dari Kecamatan Taluditi.
“Yang dilirik itu biji kakao dari Marisa V di Desa Mekarti Jaya, Marisa VI di Desa Puncak Jaya, dan Panca Karsa 1. Mereka menilai cara petani Pohuwato merawat tanaman kakao sangat baik, tidak hanya sekadar menanam, tetapi juga menjaga kualitas tanaman,” jelas Dedi.
Diketahui, tim investor Jepang berasal dari perusahaan Chateraise Jepang, yang diwakili oleh Mr. Kusima, bersama tim lain yakni Mr. Yasaki, Mr. Haibara, Mr. Kajihara, serta perwakilan dari Indonesia, Jaldin.
Menambahkan hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Pohuwato, Kamri Alwi, mengungkapkan bahwa potensi kakao di daerahnya cukup besar, terutama di Kecamatan Taluditi.
Berdasarkan data statistik perkebunan, luas lahan kakao di Taluditi mencapai 3.661,75 hektare, terdiri atas TM (Tanaman Menghasilkan) 655 ha, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 199 ha, dan TR (Tanaman Rusak/Mati) 1.807,75 ha.
Sedangkan untuk seluruh Kabupaten Pohuwato, luas total tanaman kakao tercatat 3.955,75 hektare, dengan TM 823,5 ha, TBM 252 ha, dan TR 2.880,25 ha.