Belanja pemerintah federal menyusut sebesar 5,1 persen, mengurangi 0,33 poin persentase dari PDB pada Q1.
RISIKO RESESI
"Ekonomi AS saat ini menghadapi risiko resesi yang lebih besar dibandingkan sebulan lalu, tetapi kontraksi sebesar 0,3 persen pada PDB Q1 ini bukanlah awal dari resesi," tulis para ekonom Wells Fargo dalam sebuah analisis.
"Ini mencerminkan perubahan mendadak dalam kebijakan perdagangan yang berujung pada penurunan terbesar dari ekspor neto dalam data yang tercatat selama lebih dari setengah abad terakhir," kata mereka.
Namun, beberapa ekonom bersikap lebih pesimistis mengenai prospek resesi, dengan mengacu pada kebijakan tarif luas yang diterapkan pemerintahan Trump kepada banyak mitra dagang.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan perintah eksekutif tentang "tarif resiprokal" di Rose Garden Gedung Putih, Washington DC, AS, pada 2 April 2025. (Xinhua/Hu Yousong)
Adam Posen, presiden di Peterson Institute for International Economics (PIIE), baru-baru ini menempatkan risiko resesi AS sebesar 65 persen, dengan menyoroti ketidakpastian kebijakan AS.
"Saya memperkirakan sentimen konsumen yang suram dan ketidakpastian dunia usaha akan membebani kinerja kuartal kedua (Q2)," kata Gary Clyde Hufbauer, peneliti senior nonresiden di PIIE, kepada Xinhua, seraya menambahkan bahwa dia memprediksi resesi akan terjadi pada paruh kedua tahun ini.