Ali juga mengkritik keras upaya eksploitasi situasi bencana di Aceh. Munculnya provokasi di tengah duka masyarakat menunjukkan pola manipulasi emosi publik.
"Kondisi psikologis masyarakat dimanfaatkan untuk membangun rasa ketidakadilan, yang kemudian terus diglorifikasi, ini bisa berisiko memicu konflik horisontal dan mendelegitimasi negara," katanya.
Dia pun menilai ancaman separatis hari ini tidak hanya muncul secara fisik, tapi lebih banyak hadir melalui simbol dan narasi dibandingkan senjata. Negara harus membaca ancaman ini secara adaptif dan kontekstual.
"Separatisme tidak selalu bersenjata, tapi dampaknya bisa sama berbahayanya jika dibiarkan,” katanya.
Dia menegaskan bahwa perdamaian Aceh adalah hasil proses panjang, mahal, dan penuh pengorbanan. Setiap simbol, narasi, dan provokasi yang mengarah pada separatisme dinilainya mencederai komitmen damai tersebut.
"Menjaga perdamaian berarti menutup semua ruang bagi kebangkitan simbol dan konflik masa lalu," katanya.