Beranda Jalan-jalan Warisan Tradisi Nelayan Suku Duano di Pesisir Jambi, Arakan Pompong

Warisan Tradisi Nelayan Suku Duano di Pesisir Jambi, Arakan Pompong

Suku Duano memiliki hubungan erat dengan pompong. Perahu kecil ini lebih dari sekadar alat transportasi

0
Arakan Pompong

Lebih lanjut, Vivi pun menjelaskan bagaimana suku Duano menggunakan bedak sejuk dan tenggolok yang menjadi ciri khas mereka, terutama saat hendak melaut atau ke beting—sekumpulan pasir atau endapan lumpur yang menggarisi tepi laut.

Bedak sejuk, yang terbuat dari tepung beras, air mawar, dan rempah-rempah khas, juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan terutama ketika mereka turun ke laut dan ke beting. Fungsinya pun untuk menjaga kulit tidak terbakar kala terpapar sinar matahari. Bedak ini tidak hanya mencerminkan kearifan lokal, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya suku pesisir ini.

Sedangkan tenggolok, yang terbuat dari kain yang dilipat dan dibentuk secara khusus, berfungsi sebagai penutup kepala yang mencerminkan identitas budaya pemakainya. Biasanya, tenggolok dikenakan saat melaut atau dalam upacara adat sebagai simbol penghormatan terhadap tradisi dan leluhur.

“Suku Duano tidak bisa dipisahkan dengan laut. Bahkan, dalam gerbang pintu masuk pemukiman tertulis duano piakla di dolak yang artinya suku Duano tidak akan hilang di laut. Simbol bahasa yang memiliki makna mendalam,” beber Vivi Helmalia Putri.

Setiap pagi, jika cuaca cerah, para lelaki suku Duano akan mengisi penuh bahan bakar solar pada mesin pompong dan bersiap memburu isi laut. Namun, jika langit menunjukkan tanda-tanda buruk, mereka tetap melaut dengan persiapan yang lebih matang, seperti membawa pelampung, jas hujan, dan obat-obatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here