Beranda Kolom Pameran Seni Soroti Tantangan Rasial yang Masih Terjadi di AS

Pameran Seni Soroti Tantangan Rasial yang Masih Terjadi di AS

Foto yang diabadikan pada 15 Juni 2020 ini menunjukkan seorang pejalan kaki melewati tulisan "Black Lives Matter" berwarna kuning cerah di 16th Street yang berganti nama menjadi Black Lives Matter Plaza di Brooklyn, New York, Amerika Serikat. (Xinhua/Wang Ying)

0
Xinhua

   "Monumen-monumen itu didirikan oleh orang-orang Selatan yang putus asa, berusaha menjaga harga diri setelah kekalahan memalukan mereka, sekaligus mencoba menulis ulang sejarah dengan menggambarkan perjuangan mereka untuk memperbudak sesama manusia sebagai sesuatu yang 'mulia', bahkan 'heroik'," kata Martin P., seorang guru sejarah dari Oregon, kepada Xinhua.

   Menyusul sejumlah insiden bermotif rasial, termasuk penembakan massal pada 2015 di Gereja Mother Emanuel AME di Charleston, South Carolina; unjuk rasa mematikan Unite the Right pada 2017 yang diorganisasi oleh nasionalis kulit putih di Charlottesville, Virginia; dan pencopotan bendera Konfederasi dari Gedung Negara Bagian South Carolina oleh aktivis Bree Newsome pada 2015, hampir 200 monumen Konfederasi di seluruh negeri akhirnya dibongkar.

   Pameran "MONUMENTS" awalnya dirancang untuk mengomentari semakin hangatnya perdebatan seputar monumen-monumen di AS yang memuliakan para mantan pemilik budak. Pameran ini juga lebih lanjut menantang otoritas narasi tradisional yang berorientasi pada orang kulit putih dengan cara menciptakan cara pandang baru terhadap monumen-monumen tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here