Senada dengan itu, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI, Muhammad Cholil Nafis menyoroti risiko pembelajaran agama dari sumber digital tidak terverifikasi. “Seringkali kita sekarang ini menemui tantangan dengan Gen-Z yang lebih senang belajar kepada digital,” ujarnya.
Cholil mengingatkan munculnya pola pikir post-truth dalam memahami ajaran agama. “Mungkin nanti dikhawatirkan akan melahirkan post-truth, orang yang hanya percaya pada pikirannya sendiri,” katanya.
Ia menegaskan AI hanya alat bantu dalam memahami pengetahuan agama. “Akal imitasi ini pada proses alat memudahkan kita mengerti dan belajar, tapi bukan dijadikan guru,” ucapnya.