Warga Palestina menerima makanan gratis dari sebuah pusat distribusi makanan di Gaza City pada 3 Mei 2025. (Xinhua/Mahmoud Zaki)
Pada Senin, Hamas mengecam rencana distribusi bantuan baru Israel sebagai "pemerasan politik". Dalam sebuah pernyataan pers, Hamas mengatakan bahwa rencana tersebut akan mengubah bantuan kemanusiaan menjadi alat politik, melanggar hukum internasional, dan berkontribusi pada "kelaparan dan pemindahan paksa" di wilayah kantong pesisir itu. Secara khusus, faksi tersebut belum memberikan tanggapan terhadap ancaman Israel yang akan memperluas kampanye militernya.
Israel mencegah masuknya barang dan pasokan ke Gaza sejak 2 Maret, setelah kesepakatan gencatan senjata tahap pertama dengan Hamas berakhir pada Januari. Israel beralasan bahwa blokade bantuan tersebut bertujuan untuk mencegah Hamas mengambil alih kendali atas pasokan dan untuk menekan Hamas agar menerima tawaran Israel memperpanjang kesepakatan gencatan senjata tahap pertama.
Pada 18 Maret, Israel melanjutkan kembali serangan militernya di Gaza, sehingga secara efektif mengakhiri gencatan senjata bertahap. Menurut laporan terbaru dari otoritas kesehatan di Gaza pada Senin, serangan terbaru Israel itu telah menewaskan 2.459 warga Palestina di Gaza, menjadikan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak konflik tersebut dimulai pada Oktober 2023 menjadi 52.567 orang.