Maduro membalas dengan keras. Dalam sebuah acara kepresidenan, ia menyebut penyitaan itu sebagai "pencurian terang-terangan" dan "tindakan pembajakan internasional". Ia menambahkan Venezuela akan mengamankan semua kapalnya untuk menjamin perdagangan minyaknya yang bebas di seluruh dunia.
Dalam sebuah rapat umum, Maduro mendesak pendukungnya untuk siap "menghancurkan gigi kekaisaran Amerika Utara jika diperlukan".
Tindakan AS ini memicu kekhawatiran di kalangan politisi domestik. Sejumlah anggota parlemen senior dari Partai Demokrat dan setidaknya satu Partai Republik mengutuk penyitaan tanker tersebut, dengan satu anggota mengatakan Trump "membawa kita tertidur ke dalam perang dengan Venezuela".
Di kawasan Amerika Latin, reaksi beragam muncul. Presiden sayap kiri Kolombia, Gustavo Petro, menyerukan amnesti umum dan pemerintahan transisi di Venezuela, sambil menolak "invasi oleh orang asing".
Menteri Luar Negeri Kolombia Rosa Villavicencio bahkan menyatakan negaranya bersedia menawarkan suaka atau perlindungan kepada Maduro jika diperlukan. Brasil, melalui penasihat presidennya Celso Amorim, juga menyebut suaka sebagai institusi Amerika Latin, namun enggan berspekulasi lebih jauh.
Sementara itu, pemimpin oposisi Venezuela María Corina Machado, yang sedang berada di Oslo untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian, mengulangi seruannya agar Maduro turun jabatan dan memperkirakan ia segera tidak punya pilihan lain.