Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Maduro untuk menyatakan "solidaritas" dan mendukung kerjasama ekonomi-energi, termasuk usaha minyak lepas pantai di Laut Karibia.
Eskalasi ini terjadi di tengah klaim dari analisis data pemilu independen bahwa Maduro sebenarnya kalah telak dalam pemilihan presiden tahun lalu, meski ia tetap berkuasa. Tekanan militer AS yang meningkat, menurut beberapa pengamat oposisi seperti mantan menteri Ricardo Hausmann, mungkin menjadi satu-satunya cara untuk memaksa Maduro meninggalkan kekuasaan.