Beranda Kolom Mematangkan Kemampuan Kolaboratif, Bukan Sekadar Kemampuan Akademik

Mematangkan Kemampuan Kolaboratif, Bukan Sekadar Kemampuan Akademik

Sejumlah kebijakan strategis telah diluncurkan, mulai dari penggantian Ujian Nasional (UN) dengan Tes Kompetensi Akademik (TKA), pengembalian sistem penjurusan di SMA, pengurangan bobot mata pelajaran, hingga penambahan mata pelajaran koding dan kecerdasan buatan (AI) di SD-SMA.

0
Ilustrasi | Istimewa

Biasanya, anak yang memiliki kemampuan akademik tidak terlalu berhasil dalam kemampuan kolaboratif (kerja sama kelompok). Mereka biasanya bersifat soliter (sendirian) dan tidak terbiasa kerja kelompok. Sebaliknya, anak yang memiliki kemampuan kolaboratif tidak terlalu bagus dalam kemampuan akademiknya.

Situasi ini harus dipahami oleh orang tua dan anak didik. Kegagalan dalam kemampuan akademik, bukanlah akhir dari segalanya. Kemampuan akademiknya mungkin rata-rata, tetapi sangat bagus di kemampuan kolaboratif. Inilah yang harus dipupuk oleh anak didik jika ingin berhasil dalam pendidikannya. Ini harus menjadi pemahaman kita semua agar pendidikan di Tanah Air bisa sukses.

Demikian pula terkait kebijakan penjurusan di SMA, pada prinsipnya tidak ada yang perlu dipersoalkan. Yang terpenting, anak didik memiliki pilihan atas dirinya, apakah ia lebih mampu dalam aspek kolaboratif atau aspek akademik.

Ini penting untuk mempersiapkan anak didik agar berhasil dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Muatan berlebih

Salah satu masalah penting yang perlu disadari adalah bahwa pendidikan dasar dan menengah kita dibebani oleh muatan yang berlebihan. Anak didik hanya dipersiapkan menjadi penghafal semata. Dia mungkin lebih hafal pada pelajaran yang dipelajarinya tetapi kemampuan soft skill-nya kurang terasah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here