Beranda Kolom Mematangkan Kemampuan Kolaboratif, Bukan Sekadar Kemampuan Akademik

Mematangkan Kemampuan Kolaboratif, Bukan Sekadar Kemampuan Akademik

Sejumlah kebijakan strategis telah diluncurkan, mulai dari penggantian Ujian Nasional (UN) dengan Tes Kompetensi Akademik (TKA), pengembalian sistem penjurusan di SMA, pengurangan bobot mata pelajaran, hingga penambahan mata pelajaran koding dan kecerdasan buatan (AI) di SD-SMA.

0
Ilustrasi | Istimewa

Sangat menyedihkan, jika “anak pintar” ini kelak tidak berhasil hidup di tengah masyarakat. Dia mungkin pintar secara akademik, tetapi tidak bisa hidup bersosialisasi di masyarakat.

Hal ini sangat kontradiktif dengan pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam video monolog berjudul Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia yang diunggah di Kanal Youtube-nya pada 19 April 2025.

Wapres menyatakan jumlah 208 juta penduduk Indonesia berada dalam usia produktif yang merupakan bonus demografi bagi negara ini. Pemerintah RI harus mempersiapkan demografi yang besar ini setara dengan kualitas yang dihasilkannya.

Isu lain yang musti mulai kita antisipasi adalah kehadiran AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) di tengah kita yang berpotensi menggantikan kemampuan manusia. Ada beberapa profesi yang hilang akibat perkembangan AI ini. Pembelajaran tidak perlu kelas, tidak perlu guru, mencari tahu segala hal bisa didapatkan lewat AI.

Kemampuan mengelola AI ini harus disiapkan sejak dini. Atas alasan itu pula Kementerian Dikdasmen menetapkan Koding-AI menjadi mata pelajaran pilihan dalam kurikulum pendidikan dasar (SD) hingga SMA.

Ini merupakan bentuk kebijakan yang peka terhadap kondisi kekinian. Kita akan tertinggal jauh dari negara lain jika tidak mengantisipasi hal ini sejak awal.

Agenda ke depan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here