"Gagal di babak awal dengan hasil seperti ini sudah harus mendapat perhatian Presiden. Sepak bola harus independen, jangan dikelola untuk kepentingan kelompok atau pribadi," tegasnya.
Selanjutnya dia pun menyinggung besarnya dana negara yang digelontorkan untuk penyelenggaraan event olahraga internasional. Asian Games 2018 dan Piala Dunia U-17 2023, kata dia, menyedot anggaran APBN dalam jumlah sangat besar namun tidak berbanding lurus dengan peningkatan prestasi.
Ia membandingkan kondisi Indonesia dengan Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara itu mampu memanfaatkan momentum menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 untuk membangun fondasi sepak bola yang kuat dan berkelanjutan.
"Lihat Jepang. Setelah jadi tuan rumah Piala Dunia 2002 bersama Korea Selatan, sepak bola mereka melesat jauh dan mendominasi Asia. Momentum itu dimanfaatkan dengan benar," ujarnya.
"Sementara di sini, event besar justru hanya dimanfaatkan untuk keuntungan kelompok atau perseorangan," kritik Sarman.
Seperti diketahui, langkah Timnas U-22 Indonesia di SEA Games 2025 harus terhenti di babak penyisihan Grup C. Garuda Muda gagal bersaing dan tersingkir setelah kalah saing dengan Filipina, hasil yang kembali memperpanjang catatan kelam sepak bola nasional di level regional.
Ketum MSBI: Tersingkirnya Timnas U-22 di SEA Games Alarm Bagi Presiden
Sudah waktunya urusan sepak bola nasional harus dikelola secara independen dan dijauhkan dari kepentingan bisnis maupun perseorangan.